Ceramah Gus Baha di PBNU - Islam Dijaga Langsung Oleh Allah bukan Organisasi atau Ulama
☁☁☁☁☁☁☁☁
Pernah pada sebuah kesempatan, Prof. Quraisy Syihab berkata"Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al Qur'an hingga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur'an seperti Pak Baha'. "KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih akrab dipanggil Gus Baha' adalah putra seorang ulama' ahli Qur'an KH. Nursalim Al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, sebuah desa di pesisir utara pulau jawa. KH. Nursalim adalah murid dari KH. Arwani Al-Hafizh Kudus dan KH. Abdullah Salam Al-Hafizh Pati. Dari silsilah keluarga ayah beliau inilah terhitung dari buyut beliau hingga generasi ke-empat kini merupakan ulama'-ulama' ahli Qur'an yang handal. Silsilah keluarga dari garis ibu beliau merupakan silsilah keluarga besar ulama' Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesareannya ada di area Masjid Jami' Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.
GUS BAHA' AHLI TAFSIR
ASLI DIDIKAN ULAMA' NUSANTARA
🍂Salah satu santri mbah Maimoen Zubair Sarang yang ahli tafsir
Salah satu dewan ahli tafsir Nasional yang berlatar belakang Non formal
🍂Salah satu ahli tafsir yang mondoknya cuman di nusantara
🌿dengan membaca profil beliau ini mari kita bangga jadi santri
🍂Salah satu santri mbah Maimoen Zubair Sarang yang ahli tafsir
Salah satu dewan ahli tafsir Nasional yang berlatar belakang Non formal
🍂Salah satu ahli tafsir yang mondoknya cuman di nusantara
🌿dengan membaca profil beliau ini mari kita bangga jadi santri
☁☁☁☁☁☁☁☁
Pernah pada sebuah kesempatan, Prof. Quraisy Syihab berkata"Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Al Qur'an hingga detail-detail fiqh yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur'an seperti Pak Baha'. "KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih akrab dipanggil Gus Baha' adalah putra seorang ulama' ahli Qur'an KH. Nursalim Al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, sebuah desa di pesisir utara pulau jawa. KH. Nursalim adalah murid dari KH. Arwani Al-Hafizh Kudus dan KH. Abdullah Salam Al-Hafizh Pati. Dari silsilah keluarga ayah beliau inilah terhitung dari buyut beliau hingga generasi ke-empat kini merupakan ulama'-ulama' ahli Qur'an yang handal. Silsilah keluarga dari garis ibu beliau merupakan silsilah keluarga besar ulama' Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesareannya ada di area Masjid Jami' Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.
PENDIDIKAN
Gus Baha' kecil memulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al
Qur'an di bawah asuhan ayahnya sendiri. Hingga pada usia yang masih sangat belia, beliau telah
mengkhatamkan Al-Qur'an beserta Qiro'ahnya dengan lisensi yang ketat dari ayah
beliau. Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Mbah Arwani menerapkan
keketatan dalam tajwid dan makhorijul huruf (GB, Feb '13).
Menginjak usia remaja, Kiai Nursalim menitipkan Gus Baha' untuk
mondok dan berkhidmat kepada Syaikhina KH. Maimoen Zubair di Pondok Pesantren
Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, sekitar 10 km arah timur Narukan.
Di Al Anwar inilah beliau terlihat sangat menonjol dalam fan-fan
ilmu Syari'at seperti Fiqih, Hadits dan Tafsir. Hal ini terbukti dari beberapa amanat prestisius
keilmiahan yang diemban oleh beliau selama mondok di Al Anwar, seperti Rois
Fathul Mu'in dan Ketua Ma'arif di jajaran kepengurusan PP. Al Anwar.
Saat mondok di Al Anwar ini pula beliau
mengkhatamkan hafalan Shohih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya.
Selain Shohih Muslim beliau juga
mengkhatamkan hafalan kitab Fathul Mu'in dan kitab-kitab gramatika arab seperti
'Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik. Menurut
sebuah riwayat, dari sekian banyak hafalan beliau tersebut menjadikan beliau
sebagai santri pertama Al Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak di era
beliau.
Bahkan tiap-tiap musyawarah yang akan beliau ikuti akan serta merta ditolak oleh kawan-kawannya, sebab beliau dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan beliau. Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga sosok santri yang dekat dengan kiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau Syaikhina Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan. Mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta'bir dan menerima tamu-tamu ulama'-ulama' besar yang berkunjung ke Al Anwar.
Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina Maimoen Zubair.
Pernah pada suatu ketika beliau dipanggil untuk mencarikan ta'bir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina. Karena saking cepatnya ta'bir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu dan ngendikan "Iyo ha'... Koe pancen cerdas tenan" (Iya ha'... Kamu memang benar-benar cerdas). Selain itu Gus Baha' juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawa'izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. "Santri tenan iku yo koyo baha' iku...." (Santri yang sebenarnya itu ya seperti baha' itu....) begitu kurang lebih ngendikan Syaikhina yang riwayatnya sampai ke penulis. Dalam riwayat pendidikan beliau, semenjak kecil hingga beliau mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, beliau hanya mengenyam pendidikan dari 2 pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. Al Anwar Karangmangu.
Pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada beliau untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun beliau lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah PP. Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.
Bahkan tiap-tiap musyawarah yang akan beliau ikuti akan serta merta ditolak oleh kawan-kawannya, sebab beliau dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan beliau. Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga sosok santri yang dekat dengan kiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau Syaikhina Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan. Mulai dari sekedar berbincang santai, hingga urusan mencari ta'bir dan menerima tamu-tamu ulama'-ulama' besar yang berkunjung ke Al Anwar.
Hingga beliau dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina Maimoen Zubair.
Pernah pada suatu ketika beliau dipanggil untuk mencarikan ta'bir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina. Karena saking cepatnya ta'bir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu dan ngendikan "Iyo ha'... Koe pancen cerdas tenan" (Iya ha'... Kamu memang benar-benar cerdas). Selain itu Gus Baha' juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawa'izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. "Santri tenan iku yo koyo baha' iku...." (Santri yang sebenarnya itu ya seperti baha' itu....) begitu kurang lebih ngendikan Syaikhina yang riwayatnya sampai ke penulis. Dalam riwayat pendidikan beliau, semenjak kecil hingga beliau mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, beliau hanya mengenyam pendidikan dari 2 pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. Al Anwar Karangmangu.
Pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada beliau untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun beliau lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah PP. Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.
KEPRIBADIAN
Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang,beliau menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan beliau. Diriwayatkan, setelah acara lamaran selesai, beliau menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangan beliau hingga kini. Beliau mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, bahkan sangat sederhana.
Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang,beliau menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan beliau. Diriwayatkan, setelah acara lamaran selesai, beliau menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangan beliau hingga kini. Beliau mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, bahkan sangat sederhana.
Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berfikir ulang
atas rencana pernikahan tersebut. Tentu
maksud beliau agar mertuanya tidak kecewadi kemudian hari. Mertuanya hanya
tersenyum dan menyatakan "klop" alias sami mawon kalih kulo.
Kesederhanaan beliau ini dibuktikan saat beliau berangkat
keSidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan
waktunya. Beliau berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular
alias bus biasa kelas ekonomi. Berangkat dari Pandangan menuju Surabaya,
selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan. Kesederhanaan beliau bukanlah
sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil. Beliau hidup sederhana bukan karena keluarga
beliau miskin. Dari silslah keluarga beliau dari pihak ibu, atau lebih tepatnya
lingkungan keluarga di mana beliau diasuh semenjak kecil,tiada satu keluargapun
yang miskin. Bahkan kakek
beliau dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya. Saat dikonfirmasi
oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut
merupakan karakter keluarga Qur'an yang dipegang erat sejak zaman leluhurnya.
Bahkan salah satu wasiat dari ayahnya
adalah agar beliau menghindari keinginan untuk menjadi 'manusia mulia' dari
pandangan keumuman makhluk atau lingkungannya. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian
dan kehidupan beliau sehari-hari.
Setelah menikah beliau mencoba hidup mandiri dengan keluarga
barunya. Beliau menetap di Yogyakarta sejak 2003. Selama di Yogya, beliau
menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecil beliau, berpindah dari satu lokasi
kelokasi lain. Semenjak beliau hijrah ke Yogyakarta, banyak santri-santri
beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan induknya.
Hingga pada akhirnya mereka menyusul beliau ke Yogya danurunanatau
patungan untuk menyewa rumah di dekat rumah beliau. Tiada tujuan lain selain
untuk tetap bisa mengaji kepada beliau. Ada sekitar 5 atau 7 santri mutakhorijin Al Anwar maupun MGS yang
ikut beliau ke Yogya saatitu.
Saat di Yogya inilah kemudian banyak masyarakat sekitar beliau yang
akhirnya minta ikut ngaji kepada beliau. Pada tahun 2005 ayah beliau KH. Nursalim jatuh sakit. Beliau pulang
sementara waktu untuk ikut merawat ayah beliau bersama keempat saudaranya.
Namun siapa sangka, beberapa bulan kemudian Kiai Nursalim wafat.
Gus Baha' tidakdapat lagi meneruskan perjuangannya di Yogya sebab beliau
diamanahi oleh ayah beliau untuk melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di
LP3IA Narukan.
Banyak yang merasa kehilangan atas kepulangan beliau ke Narukan.
Akhirnya para santri beliaupun.sowan dan meminta beliau kerso kembali ke Yogya. Hingga pada gilirannya beliau bersedia namun hanya satu bulan sekali, dan itu berjalan hingga kini. Selain mengasuh pengajian, beliau juga mengabdikan dirinya di Lembaga Tafsir Al-Qur'an Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta.
Akhirnya para santri beliaupun.sowan dan meminta beliau kerso kembali ke Yogya. Hingga pada gilirannya beliau bersedia namun hanya satu bulan sekali, dan itu berjalan hingga kini. Selain mengasuh pengajian, beliau juga mengabdikan dirinya di Lembaga Tafsir Al-Qur'an Universitas Islam Indonesa (UII) Yogyakarta.
REPUTASI KEILMUAN Selain Yogyakarta beliau juga diminta untuk
mengasuh PengajianTafsir Al-Qur'an di Bojonegoro, Jawa Timur. Di Yogya minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro
minggu kedua setiap bulannya. Hal
ini beliau jalani secara rutin sejak 2006 hingga kini. Di UII beliau adalah Ketua Tim Lajnah Mushaf UII.
Timnya terdiri dari para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an
dari seantero Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan,
Prof. Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.
Suatu kali beliau ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII,
namun beliau tidak berkenan. Dalam jagat Tafsir Al-Qur'an di Indonesia beliau
termasuk pendatang baru dan satu-satunya dari jajaran Dewan Tafsir Nasional
yang berlatar belakang pendidikan non formal dan non gelar. Meski demikian, kealiman dan penguasaan keilmuan
beliau sangat diakui oleh para ahli tafsir nasional.
Hingga pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Quraisy
bahwa kedudukan beliau di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai Mufassir, juga
sebagai Mufassir Faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang
terkandung dalam Al-Qur'an. Setiap kali lajnah 'menggarap' tafsir dan Mushaf
Al-Qur'an, posisi beliau
selalu di 2 keahlian, yakni sebagai Mufassir seperti anggota lajnah yang lain,
juga sebagai Faqihul Qur'an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fiqh
dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur'an.
0 Response to "Ceramah Gus Baha di PBNU - Islam Dijaga Langsung Oleh Allah bukan Organisasi atau Ulama"
Post a Comment